Selasa, 25 Januari 2011

SEJARAH PENCAK SILAT & IPSI



Pencak Silat
Pencak silat adalah seni beladiri yang berakar pada rumpun melayu. Seni beladiri ini banyak ditemukan di Brunai, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura dan negara-negara yang berbatasan dengan etnis melayu. Banyak ahli sejarah menyatakan bahwa pencak silat pertama kali di temukan di Riau pada jaman kerajaan Sriwijaya abad ke VII walaupun dalam bentuk masih kasar. Seni beladiri melayu ini kemudian menyebar keseluruh wilayah Sriwijaya, Semenanjung Malaka dan pulau Jawa.

Namun keberadaan pencak silat baru tercatat dalam buku sastra pada abad XI, dikatakan bahwa
Datuk Suri Diraja dari kerajaan Pahariyangan di kakibukit gunung Merapi telah mengembangkan silat Minangkabau disamping bentuk kesenian lainya. Silat Minangkabau ini lalu menyebar ke daerah lain seiring dengan migrasi para perantau. Seni beladiri Melayu ini mencapai puncak kejayaanya pada jaman kerajaan Majapahit abad XVI. Majapahit memanfaatkan ilmu pencak silat sebagai ilmu perang untuk memperluas wilayah teritorialnya. Majapahit hampir menguasai seluruh nusantara kecuali kerajaan Priyangan di tanah Pasundan yang tidak bisa dikuasai penuh.

Tentara kerajaan Priyangan terkenal hebat dengan pencak silatnya. Karena wilayahnya terisolir dan terbatasnya pengaruh dari Majapahit, seni pencak silat kerajaan Priyangan hampir tidak mendapat pengaruh sedikitpun dari silat Minangkabau. Pencak silat kerajaan Priyangan yang paling terkenal adalah Cimande.

Para ahli sejarah dan kalangan pendekar sepakat bahwa berbagai aliran pencak silat yang berkembang dewasa ini berasal dari dua gaya yaitu yang berassal dari Sumatera Barat dan Jawa Barat seperti yang diuraikan diatas. Selain itu pencak silat berkembang dari dua akar yaitu :

1. Akar bangsawan (dikembangkan bangsawan/ kerajaan, bersifat tertutup dan terjaga kemurnianya);
2. Akar rakyat (dikembangkan oleh pedagang/ ulama/ kelas masyarakat lainya, bersifat terbuka dan beradaptasi).

IPSI mendefinisikan pencak silat sebagai suatu kesatuan dari 4 unsur, yaitu :

1. Unsur seni ( merupakan wujud budaya dalam kaidah gerakdan irama yang tunduk pada keseimbangan, keselarasan dan keserasian);
2. Unsur bela diri (memperkuat naluri manusia untuk membela diri terhadap berbagai ancaman dan bahaya dengan teknik dan taktik yang efektif);
3. Unsur olahraga (mengembangkan kegiatan jasmani untuk mendapatkan kebugaran, ketangkasan maupun prestasi olahraga);
4. Unsur olahbatin (membentuk sikap dan kepribadian luhur dengan menghayati dan mengamalkan berbagai nilai dan norma adat istiadat yang mengandung makna sopan santun sebagai etika kalangan pendekar).

Selama abad XX pencak silat telah berkembang pesat dan telah menjadi olahraga kompetisi dibawah penguasaan dan peraturan PERSILAT (Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa/ The International Pencak Silat Federtion). Pencak silat sedang dipromosikan oleh Persilat ke beberapa negara didunia dengan tujuan pencak silat menjadi olahraga olimpiade, hanya anggota Persilat yang diakui yang diizinkan berpartisipasi pada kompetisi internasional. Kini beberapa federasi pencaksilat nasional Eropa bersama Persilat telah mendirikan Federasi Pencak Silat Eropa. Pada 1986 kejuaraan dunia pencak silat pertama diluar Asia yaitu di Wina, Austria. Pada 2002 pencak silat diperkenalkan sebagai bagian program pertunjukan pada Asian Games di Busan, Korea Selatan untuk pertama kalinya. Kejuaraan dunia terakhir adalah di Penang, Malaysia pada bulan Desember 2002. Selain dari Persilat yang membuat pencak silat sebagai pertandingan olahraga,masih ada banyak aliran-aliran tua tradisional yang mengembangkan pencak silat dengan nama silek/ sikek dan silat di berbagai belahan bumi, diperkirakan ada ratusan aliran/gaya dan ribuan perguruan.

IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia)



Walaupun di masa penjahan Belanda pencak silat tidak diberi tempat untuk berkembang namun masih banyak pemuda yang mempelajarinya. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas nasional. Melalui panitia persiapan persatuan pencak silat Indonesia maka pada tanggal 18 Mei 1948 disurakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh mr.Wongsonegoro. Program utama di samping untuk mempersatukan aliran-aliran dan kalangan pencak silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program ke pemerintan untuk memasukan pelajaran pencak silat di sekolah-sekolah. Usaha yang dirintis pada periode permulaan kepengurusan ditahun 50an yang kemudian kurang diperhatikan, mulai dirintis dengan diadakanya seminar pencak silat oleh pemerintah tahun1973 di Bogor. Dalam seminar itu di lakukan penetapan istilah bagi seni pembelaan diri bangsa Indonesia dengan nama 'Pencak Silat". Saat itu orang menyebut bela diri ini dengan sebutan berbeda-beda. Pencak berarti gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar , latihan dan pertunjukan. Silat berarti gerak beladiri yang sempurna, yang bersumber pada kerohnian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama,menghindarkan diri/ manusia dari beladiri / bencana. Dewasa ini pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, beladiri dan kebatinan. Definisi pencak silat (PB.IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah : "pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitar untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Yang Esa". Adapun makna dari lambang IPSI adalah :

* Warna dasar putih berarti suci dalam amal perbuatan;
* Warna merah berarti berani dalam kebenaran;
* Warna hijau berarti ketenangan dalam menghadapi segala sesuatu yang menuju kemantaban jiwa karena selalu beriman dan bertauhid kepada Allah Yang Esa secara hikmad dan syahdu;
* Warna kuning berarti bahwa IPSI mengutamakan budi pekerti dan kesejahteraan lahir batin dalam menuju kejayaan nusa dan bangsa;
* Bentuk perisai segi lima berarti bahwa IPSI berasaskan landasan idiil Pancasila serta bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati;
* Sayap garuda berwarna kuning berototkan merah berarti kekuatan bangsa Indonesia yang bersendikan kemurnian, keluruhan dan dinamika;
* Sayap 18 lembar, bulu 5 lembar+4 lembar+8 lembar berarti tanggal berdiri IPSI adalah 18 Mei 1948. Sayap 18 lembar terdiri dari 17+1 berarti IPSI dengan semangat proklamasi bersatu membangun negara;
* Untaian 5 lingkaran berarti bahwa IPSI melalui olahraga merupakan ikatan peri kemanusiaan antara berbagai aliran dengan memegang teguh asas kekeluargaan, persaudaraan dan kegotongroyongan;
* Ikatan pita berwarna merah putih berarti bahwa IPSI merupakan ikatan pemersatu dari berbagai aliran pencak silat, yang menjadi hasil budaya yang kokoh karena dilandasi oleh rasa berbangsa ,berbahasa dan bertanah air Indonesi;
* Gambar tangan putih didalam dasar hijau menggambarkan bahwa IPSI membantu negara dalam bidang ketahanan nasional melalui pembinaan mental/ fisik agar kader-kader IPSI berkepribadian nasional serta berbadan sehak, kuat dan tegap.

SEJARAH PERSAUDARAAN SETIA HATI TUNAS MUDA WINONGO MADIUN


Sejarah persaudaraan "Setia-Hati" disingkat S-H berawal pada tahun 1903 yaitu dengan didirikanya persaudaraan SEDULUR TUNGGAL KECER dikampung Tambak Gringsing-Surabaya oleh almarhum Bpk Ki Ngabehi Soerodwirjo dengan nama kecilnya Masdan. Saat itu nama permainan seni pencak silatnya adalah JOYO GENDILO dan hanya dengan 8 murid didahului oleh 2 saudara yaitu Noto/ Gunadi (adik kandung Ki Ngabehi Soerodwirjo) dan Kenevel Belanda. Pada tahun 1915 nama permainan seni pencak silatnya berubah menjadi JOYO GENDILO CIPTO MULYO. Organisasi itu mendapat hati di kalangan masyarakat pada tahun 1917 setelah melakukan demonstrasi pencak silat terbuka di alun2 kota Madiun dan menjadi populer di masyarakat karena memiliki gerakan unik penuh seni dan bertenaga. Pada tahun 1917 inilah oleh Ki Ngabehi Soerodwirjo diganti nama menjadi PERSAUDARAAN SETIA HATI.

Ki Ngabehi Soerodwirjo wafat pada tanggal 10 Nov 1944, dimakamkan di makam desa Winongo,Madiun. Ibu Soerodwirjo (ibu Surijati) wafat pada tanggal 6 April !969 di makamkan di Winongo juga.

Tujuan/ sasaran SH yang ditempuh adalah : Bela negara, mengolah raga dan batin untuk mencapai keluhuran budi guna mendapatkan kesempurnaan hidup, kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan batin di dunia dan akhirat, dengan jalan mengajarkan SILAT (Pencak Silat) sebagai olahraga atas dasar jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat pula, yaitu dengan meninggalkan semua yang menjadi larangan Allah dan melaksanakan semua perintah-perintahNya (MENS SANA IN CORPORE SANO-AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR). SH mengenal falsafah kesosialan tanpa batas dari hindu yang berbunyi TAT TWAM ASI (ia adalah kamu) serta falsafah Jawa KEMBANG TEPUS KAKI (yen dijiwit kroso loro ojo njiwit liyan/ kalau dicubit terasa sakit jangan mencubit orang lain).

Jelaslah bahwa ajaran ini ajaran yang mulia edi peni dan adi luhung. Oleh karena itu tidak mengherankan bagi kita bahwa segala bangsa dan semua agama dapat menerimanya, khususnya bangsa Indonesia.

Sejak tahun 1964, SH mengalami kemunduran, tidak begitu aktif, hal ini tidak lain disebabkan keadaan juga, sebagian besar saudara2 SH sudah banyak yg lanjut usia, ditambah lagi dengan semakin kurangnya penerimaan saudara baru. Banyak saudara SH yang sudah sepuh satu persatu meninggal dunia, sedangkan yang masuk menjadi saudara SH dapat dikatakan hampir tidak ada. Kalau keadaan yg demikian dibiarkan terus-menerus maka SH lambat laun akan mengalami kepunahan.

Untuk menghindari hal tersebut serta untuk melestarikan ajaran yang edi peni dan adi luhung tersebut, maka pd tanggal 15 Oktaber 1965 bapak Soewarno merasa terpanggil untuk bergerak (mengaktifier) kegiatan2 SH dengan serentak. Gerakan ini mendapat perhatian yang besar dari para pemuda dan dukungan yang kuat dari masyarakat, yang akhirnya berdaya guna untuk membantu HANKAM serta ikut Memayu Hayuning Bawono, membantu negara/ pemerintah dalam bidang ketertiban dan keamanan.

Dengan meningkatkan latihan jasmani (pencak) dan latihan rohani (iman dan takwa kepada Allah), maka dapat diharapkan pemuda kita sebagai generasi penerus akan menjadi kader bangsa yang militan yang sangat berguna bagi kepentingan bangsa dan negara.

Kepada para Tunas Muda "SH" diajarkan pelajaran pencak silat yang berasal dari para pendekar terkenal (sembilan orang pendekar) dan yang terakhir dari bapak Ki Ngabehi Soerodwirjo, saudara tertua dalam Persaudaraan "Setia Hati" Winongo. Dengan metode ini maka seluruh pelajaran dengan mudah diserap oleh para Tunas-Tunas Muda yang dapat berhasil dengan sukses.

Dalam penerimaan SH Tunas Muda harus dilakukan pengesahan terlebih, dengan di sahkan seseorang akan resmi menjadi warga. Karena ilmu-ilmu SH hanya boleh diketahui oleh warganya dan dilarang mengajarkanya kepada yang bukan warga. Untuk pelajaran tingkat lanjut baik itu akan diikuti atau tidak oleh seorang warga, itu merupakan kesadaran dari warga tersebut karena dalam SH tidak ada paksaan.

Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo selain di Madiun tidak pernah membuka perguruanya dimanapun seperti perguruan silat yang lain, jika ada itu hanyalah sebagai tempat berlatih dan silaturahmi saja. Seluruh saudara baru Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo baik dari Madiun, luar Madiun bahkan Mancanegara untuk menjadi saudara harus datang dan diKECER di Madiun, Jawa Timur. Hal ini untuk menjaga kemurnian aliran S-H mereka dan itulah yang menjadikan ikatan persaudaraan dalam perguruan ini sangat indah.